From Success to Significance

Oleh Sudhamek
Pada kesempatan kali ini bapak Sudamek menceritakan tentang tiga tahapan perubahan di dalam GarudaFood, Tahap Pertama: From Local to National Player. Yang dilakukan adalah a) To build distribution aspect. This is the embryo for GarudaFood to enter distribution & logistics business. b) To build marketing aspect (followed by manufacturing). Becoming marketing company then to build Lean manufacturing & GMP. c) Products Portfolio Development. From traditional snacks to modern snacks, biscuits, beverage, dairy & healthy F&B products. Tahap Kedua: To build Strategic Management System & Corporate Culture. (The Tudung Way : Spiritual Company as the Tudung Orientation). Tahap Ketiga: Go Regional. Doing Operations in India. Filosofi dari perusahaan ini adalah “PEACEFUL & DYNAMIC”, Peaceful: Sisi Spiritualitas dan Dynamic: Sisi Bisnis.
Perusahaan juga menerapkan Career management Flow, People Mapping dan Performance Management System. Dalam hal ini ada aliran yang berjalan diawali dari people review process, replacement table chart, development process, HAV maping, competency assessment dan kembali lagi ke people review process. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa kinerja karyawan dinilai sejak awal, kemudian dibedakan menjadi golongan tertentu. Setelah itu diadakan pengembangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga dapat ditentukan petanya. Dari pemetaan tersebut akhirnya diketahui kemampuan masing-masing karyawan. Proses ini berjalan terus menerus. Setelah itu dilakukan penilaian kinerja yang diawali dengan, merencanakan, mereview dan mengevaluiasi.
Dari sisi, GarudaFood Group menerapkan tentang Value Reconstruction. Yang mempertimbangkan antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan cara eliminate & reduce, dengan nilai yang didapatkan perusahaan dengan cara raise & create. Di dalam berbisnis ada empat kemampuan yang harus dimiliki oleh perusahaan, yaitu know how/ technology partner, commercial partner: forward & backward networks, financial partner dan managing partner.
Kemauan Keras harus dimiliki oleh pebisnis. Hal itu terbentuk dari kebiasaan dan kesadaran pikiran. Kebiasaan itu akan membentuk karakter dan menjadi nasib yang akan mempengaruhi kedsadaran pikiran. Kesadaran pikiran akan membuat tindakan dan menimbulkan kecenderungan untuk melakukan kebiasaan. Kemauan keras itu juga terbentuk dari perubahan karakter menjadi nasib dan perubahan tindakan menjadi kecenderungan. Nasib itu tidak berubah dengan sendirinya, tetapi kita yang harus merubah nasib itu sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan diri sendiri, ditambah dengan ketrampilan dan keinginan.
Baroya Mila Shanty, SE, MM
Pengurus AMA Indonesia Cabang Malang
Staf Pengajar Prodi Manajemen FEB & MM PPs UMM