Building Sustainable Business Organization oleh Bapak Tanri Abeng, MBA

Building Sustainable Business Organization oleh Bapak Tanri Abeng, MBA

Di penghujung bulan April 2012 – di bulan kelahiran kota Malang tercinta – AMA Indonesia Cabang Malang kedatangan seorang tamu istimewa. Bapak Tanri Abeng, yang dikenal dengan sebutan “Manajer Satu Milyar” yang juga pernah menjabat sebagai Menteri BUMN di era presiden Soeharto dan BJ Habibie, menjadi pembicara seminar rutin di bulan itu. Pada kesempatan kali ini bapak Tabri Abeng menceritakan kiat-kiatnya berhasil mengelola beberapa perusahaan besar yang kinerjanya mengalami peningkatan di bawah kepemimpinannya.

Pria kelahiran Makassar ini menjadi direktur termuda di sebuah perusahaan di kala beliau menjabat sebagai Direktur Keuangan di usia 29 tahun. Pada usia 34 tahun beliau mengambil keputusan untuk berpindah dari bidang Keuangan ke bidang Pemasaran dengan menjabat sebagai Manajer Pemasaran sebuah perusahaan di Singapura yang salah satu produksinya adalah baterai yang terkenal di eranya. Beliau membawahi 2 orang bule dan 5 orang Singapura. Di saat inilah beliau mengawali debutnya sebagai ahli Pemasaran.

Menurut beliau sebuah organisasi akan menjadi berkembang apabila dipimpin oleh seorang manajer yang mempunyai jiwa entrepreneur. Menurut beliau “Organization or Nations – states are just as good as their leaders. Leaders are just as good as the people they choose, develop, empower and motivate”. Beliau juga menyatakan “Leaders exist at all level of organization”.Hal ini sesuai dengan pendapat guru beliau Peter Drucker yang menyatakan “Anda tidak akan berhasil menjadi entrepreneur tanpa belajar manajemen. Apabila menerapkan aturan tapi tidak mempunyai kreatifitas sama dengan pekerjaan birokrasi”.

Organisasi saat ini, terutama organisasi bisnis membutuhkan pemimpin yang bisa mengelola perusahaannya supaya sustainable. Hal tersebut harus dilakukan, karena sebuah perusahaan akan berhasil di masa sekarang yang penuh dengan persaingan dengan cara membangun pasar. Untuk melakukan itu maka seorang pemimpin harus mempunyai vision, value dan courage.

Bapak Tanri Abeng menceritakan pengalamannya mengelola perusahaan yang gagal dan berhasil di bawah kepemimpinannya.

Seperti yang dikemukakan di awal tadi bahwa beliau menjabat sebagai Manajer Pemasaran di sebuah perusahaan, yang salah satu produknya adalah baterai, sebut saja bermerk “E*******”. Baterai “E*******” tersebut yang terkenal dengan warna merahnya mempunyai kualitas yang baik, sehingga berhasil menguasai pangsa pasar. Pada saat itu muncullah perusahaan lain yang memproduksi baterai dengan merek “A**”. untuk mengantisipasi munculnya pesaing, maka perusahaan baterai “E*******” memproduksi baterai dengan merek yang sama tapi diproduksi dengan warna berbeda, yaitu biru. Baterai “E*******” warna biru mempunyai kualitas lebih rendah dari pada baterai “E*******” warna merah. Sedangkan perusahaan baterai “A**” meningkatkan kualitasnya mendekati baterai “E*******”. Bisa dipastikan bahwa perusahaan baterai “A**”lah yang menjadi pemenangnya.apa yang bisa dipelajari dari peristiwa tersebut?Apabila perusahaan ingin berperang melawan pesaing, ada dua hal yang bisa dilakukan. Pertama, gunakan produk yang sama tetapi mereknya berbeda. Kedua, jangan pernah menurunkan kualitas produk. Karena keuntungan adalah fungsi dari market share, dan market share adalah fungsi dari kualitas.

Setelah itu bapak Tanri Abeng dipinang oleh seorang konglomerat untuk memimpin salah satu perusahaannya. Pada saat itu perusahaan yang menghasilkan minuman keras merek “B** *******”, mengalami masalah. Menurut beliau, permasalahannya adalah merek tersebut peningkatan penjualannya berhenti, tidak profitable, produk minuman keras tidak bisa diterima masyarakat Indonesia yang notabene sebagian besar beragama Islam. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, beliau melakukan beberapa perubahan. Adapun perubahan yang dilakukannya adalah merubah nama perusahaan supaya tidak terkesan sebagai minuman keras, memproduksi minuman ringan merek “G**** *****”, selain itu juga membeli perusahaan minuman ringan “C*** ****”, yang di kemudian hari oleh pengelola baru dijual lagi. Di bidang manajemen pemasaran beliau melihat bahwa ada permasalahan pada distribusinya, sedangkan untuk produk, harga dan promosi tidak menjadi masalah. Dari hasil kunjungan ke berbagai saluran distribusi di seluruh Indonesia diketahui bahwa terjadi kecurangan di bagian gudang dan ekspedisi. Jumlah barang yang dikeluarkan oleh bagian Gudang tidak sesuai dengan jumlah yang dicatat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka beliau membuat sistem akuntansi biaya – yang merupakan keahlian beliau sebelumnya – untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dari pengalaman beliau di perusahaan milik seorang konglomerat didapatkan pelajaran bahwa: seorang pemasar itu harus kreatif dan seorang pemasar harus mempunyai keahlian di bidang akuntansi biaya. Selain itu seorang pemimpin harus melakukan tatap muka dengan bawahannya sesering mungkin, untuk berkomunikasi, sehingga bisa mengetahui permasalahan yang dialami dan segera mungkin mencari solusi.

Setelah itu beliau dipanggil oleh bapak Soeharto, presiden di kala itu untuk mengelola 158 perusahaan BUMN. Pada saat itu bapak Tanri Abeng ditunjuk untuk menjadi menteri BUMN yang membawahi ke158 perusahaan BUMN yang dikelola di bawah berbagai departemen. Bisa dibayangkan, kesulitan yang dialami oleh beliau, tetapi berbekal pada pengalamannya mengelola perusahaan besar, maka beliau memutuskan untuk menggabung perusahaan-perusahaan BUMN tersebut menjadi sebuah Holding Company, yang terdiri dari 10 jenis usaha. Gebrakan pertama yang dilakukan adalah menyembuhkan perusahan penerbangan “G*****” yang nyaris dikatakan pailit, karena tidak bisa membayar hutang-hutangnya. Beliau mempunyai ide untuk mengganti direktur utama, yang kala itu dipegang oleh mantan ajudan presiden. Dengan melakukan komunikasi secara intensif beliau mendapatkan kewenangan untuk mengganti direktur utama beserta jajaran direksinya. Sosok yang diinginkan oleh beliau adalah seseorang yang tegas, bersih dan dipercaya oleh lembaga keuangan. Kemudian pilihan ditujukan kepada salah seorang mantan banker, yang kemudian diberi wewenang untuk menentukan jajaran direksinya. Perusahaan penerbangan “G*****” mengalami perkembangan yang cukup pesat, bisa meningkatkan jumlah kekayaannya, sehingga bisa digunakan untuk membayar hutang yang mencapai 16 trilyun Rupiah.

Telah disebutkan di atas bahwa seorang pemimpin harus mempunyai vision, value dan courage. Vission. Seorang pemimpin tidak mungkin tidak mengetahui kemana arah yang dituju. Menurut Henry Kissinger, “If you do not know where are you going, every road will get you nowhere”. Oles sebab itu, maka pemimpin harus menentukan strategi, menetapkan struktur organisasi, menentukan orang yang tepat dengan keahlian tertentu dan membuat system untuk menjalankan aktifitasnya. Value. Seorang pemimpin harus mempunyai karakter, perilaku dan budaya yang bisa digunakan untuk mengarahkan proinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Courage. Pada suatu saat pemimpin harus memutuskan, sebuah keputusan, pada waktu yang telah ditentukan, secepat mungkin dengan tepat dan akurat. Sehingga sebagai seorang pemimpin dibutuhkan pengetahuan, untuk menjalankan suatu kegiatan yang terus menerua; keahlian, yang bisa didapatkan melalui pengalaman dan pelatihan secara mendalam serta integritas, yang meliputi sikap dan kemampuan untuk memotivasi bawahan.

Sebagai seorang pemimpin, selain dituntut mempunyai kreatifitas, pemimpin juga dituntut untuk menerapkan prisnsip-prisnsip manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa seorang pemimpin harus mampu menentukan tujuan dari perusahaan, menentukan siapa saja yang ditentukan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut, kemudian mengarahkan orang-orang yang sudah dipilih untuk mencapai tujuan. Sekaligus mengevaluasi, apakah yang sudah dilakukan tersebut sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum, dimana hasil evaluasinya biosa digunakan untuk menentukan tujuan pada periode berikutnya.

Sebagai penutup dari seminar kali ini bapak Tanri Abeng memberikan suatu model yang bisa dikembangkan untuk mengelola organisasi, yang dinamakan “Allen-Tanri Model for Corporation”. Adapun modelnya adalah sebagai berikut:

Di era persaingan yang semakin ketat dewasa ini, maka pemimpin transformational sepertinya lebih tepat. Adapun cirri-ciri dari pemimpin transformational adalah, visi dan strategi yang digunakan menyesuaikan dengan kondisi yang ada, berfikir tentang system, mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan memotivasi orang lain, mempunyai kemampuan untk mengaasi krisis, mempunyai kemampuan untuk membangun kepercayaan dan teamwork, dapat menampilkan integritas serta mampu mengambil keputusan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pemimpin itu harus ing ngarsa sung tuladha, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani. Sedangkan menurut Tanri Abeng, pemimpin itu harus mempunyai kemampuan memimpin, menginspirasi dan mengarahkan. Manajemen kepemimpinan yang bisa dilakukan untuk mempertahankan organisasi supaya terus bertahan adalah dengan mengkombinasikan keahlian memimpin dan kemampuan mengelola. Kalau hal tersebut dilakukan, organisasi yang dipimpin akan mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Karena pertumbuhan adalah merupakan satu-satunya tanda bahwa perusahaan masih hidup.

By: Baroya Mila Shanty, SE, MM

Pengurus AMA Indonesia Cabang Malang

Staf Pengajar FE – UMM

Silahkan tinggalkan komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan secara bebas. Yang bertanda bintang wajib diisi.